0
Home  ›  Berita

Serangan Brutal terhadap Petugas Medis di Gaza: 15 Warga Palestina Tewas

Pada tanggal 23 Maret 2025, sebuah insiden mematikan terjadi di kawasan Tel al-Sultan di Rafah, Gaza Selatan, di mana pasukan Israel membunuh 15 petugas medis dan pekerja penyelamat Palestina. Serangan ini telah mengundang kecaman internasional dan menimbulkan kekhawatiran serius tentang kemungkinan kejahatan perang.

Apa yang Terjadi?

Menurut bukti video yang ditemukan dari ponsel salah satu petugas medis yang tewas, Rifaat Radwan, sebuah konvoi kendaraan darurat yang jelas ditandai dengan lampu darurat berkedip sedang merespons panggilan darurat sebelumnya ketika mereka dihujani tembakan dari pasukan Israel. Konvoi tersebut termasuk ambulans dari Perhimpunan Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) dan kendaraan dari badan Pertahanan Sipil Palestina.


Video yang ditemukan menunjukkan bahwa para petugas medis mengenakan seragam reflektif dan menggunakan kendaraan dengan tanda-tanda kemanusiaan yang jelas ketika mereka diserang. Penembakan berlangsung selama lebih dari lima menit, dengan lebih dari 100 tembakan dilepaskan, beberapa dari jarak sedekat 12 meter, menurut analisis audio forensik yang dilakukan atas permintaan BBC Verify BBCNews.

Para Korban

Serangan tersebut mengakibatkan kematian:

  • Delapan paramedis Perhimpunan Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS)
  • Enam pekerja Pertahanan Sipil Palestina
  • Satu staf dari badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA)

Satu paramedis, Assaad Al-Nassasra, masih hilang. Menurut seorang yang selamat, dia terakhir terlihat dibawa pergi dengan mata tertutup oleh pasukan Israel AlJazeera.

Di antara korban tewas dari PRCS yang telah dikonfirmasi adalah:

  • Ashraf Abu Labda (32)
  • Ezzeddin Shaath (51)
  • Mohamed Bahloul (36)
  • Mustafa Khafaga (50)
  • Mohamed al-Heila (23)
  • Raed el-Sharif (25)
  • Refaat Radwan (24) - yang merekam video serangan tersebut
  • Saleh Muammar (42)

Perubahan Penjelasan Militer Israel

Militer Israel pada awalnya mengklaim mereka membuka tembakan karena kendaraan-kendaraan tersebut "bergerak mencurigakan" menuju pasukan "tanpa lampu depan atau sinyal darurat." Namun, setelah bukti video muncul yang menunjukkan kendaraan-kendaraan tersebut memiliki lampu darurat menyala dan jelas ditandai sebagai transportasi medis, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menarik kembali penjelasan awalnya, mengakui bahwa pernyataan tersebut tidak akurat APNews.


IDF kemudian mengklaim bahwa setelah penembakan, mereka menentukan bahwa mereka telah membunuh seorang tokoh Hamas bernama Mohammed Amin Shobaki dan delapan militan lainnya. Namun, tidak ada satu pun dari 15 petugas medis yang tewas yang memiliki nama tersebut, dan tidak ada jenazah lain yang diketahui ditemukan di lokasi, menimbulkan pertanyaan atas klaim militer tersebut.

 

Kesaksian Korban Selamat

Munzer Abed, seorang paramedis yang selamat dari serangan tersebut, memberikan gambaran mengerikan tentang apa yang terjadi. Dia menyatakan bahwa pasukan Israel menyeretnya keluar dari ambulans, memaksanya untuk melepas pakaian hingga hanya memakai pakaian dalam, memukulinya, dan menginterogasinya saat tangannya terikat. Dia menyaksikan para tentara membuka tembakan pada kendaraan-kendaraan berikutnya yang tiba. Kesaksian Abed bertentangan dengan klaim awal militer Israel tentang keadaan serangan tersebut.

Reaksi Internasional

Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk, mengecam serangan tersebut, menimbulkan kekhawatiran atas kemungkinan 

"kejahatan perang" 

oleh militer Israel:

"Saya terkejut dengan pembunuhan terbaru terhadap 15 personel medis dan pekerja bantuan kemanusiaan, yang menimbulkan kekhawatiran lebih lanjut atas dilakukannya kejahatan perang oleh militer Israel" 

kata Turk kepada Dewan Keamanan PBB, menyerukan 

"penyelidikan independen, cepat, dan menyeluruh"

AlJazeera.

Penemuan Kuburan Massal

Setelah serangan, pasukan Israel dilaporkan menimbun jenazah-jenazah beserta kendaraan-kendaraan mereka yang rusak dengan buldoser, menguburkan mereka dalam kuburan massal. Pekerja PBB dan tim penyelamat baru bisa mencapai lokasi seminggu kemudian untuk mengambil jenazah, yang ditemukan "dalam seragam mereka, masih mengenakan sarung tangan," menurut Jonathan Whittall, kepala OCHA di wilayah Palestina.


Menurut juru bicara pertahanan sipil Gaza, Mahmoud Bassal, beberapa anggota tim mereka ditemukan dengan tangan dan kaki terikat serta luka tembak yang terlihat di kepala dan badan mereka, menunjukkan bahwa mereka dieksekusi dari jarak dekat setelah diidentifikasi karena pekerjaan kemanusiaan mereka.

Konteks yang Lebih Luas

Menurut UNRWA, setidaknya 408 pekerja bantuan, termasuk lebih dari 280 staf UNRWA, telah tewas oleh pasukan Israel di Gaza sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023. Penargetan personel medis dan pekerja kemanusiaan telah menjadi masalah berulang selama konflik di Gaza.


Sepanjang konflik, Israel telah menuduh Hamas memindahkan dan menyembunyikan pejuangnya di dalam ambulans dan kendaraan darurat, serta di rumah sakit dan infrastruktur sipil lainnya, dengan argumen bahwa itu membenarkan serangan terhadap mereka. Namun, personel medis sebagian besar membantah tuduhan tersebut, dan hukum kemanusiaan internasional melarang serangan terhadap personel dan fasilitas medis.


Insiden ini telah meningkatkan seruan untuk akuntabilitas dan penyelidikan independen terhadap apa yang dideskripsikan oleh banyak pengamat internasional sebagai pelanggaran jelas terhadap hukum kemanusiaan internasional, yang mengharuskan perlindungan terhadap personel medis di zona konflik.

Post a Comment
Menu
Search
Theme
Share
Additional JS