Program Makan Bergizi Gratis: Solusi Prabowo untuk Atasi Stunting di Indonesia
Presiden Prabowo Subianto telah meluncurkan Program Makan Bergizi Gratis (MBG), sebuah inisiatif strategis untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia dan mengatasi permasalahan gizi buruk serta stunting yang masih menjadi tantangan serius di negara ini. Program ini merupakan salah satu dari delapan program unggulan pemerintahan Prabowo untuk membangun fondasi sumber daya manusia (SDM) unggul menuju Indonesia Emas 2045.
sumber: https://www.setneg.go.id/
Latar Belakang dan Urgensi Program
Indonesia masih menghadapi
tantangan stunting yang signifikan. Berdasarkan data terbaru, prevalensi
stunting di Indonesia mengalami penurunan dari 24,4% pada 2021 menjadi 21,6% di
tahun 2022. Meski terjadi penurunan, angka ini masih di atas target pemerintah
yakni di bawah 20% untuk tahun 2024.
Menurut Kepala Badan Gizi
Nasional, Dadan Hindayana, terdapat dua titik kritis pertumbuhan anak yang
memerlukan perhatian khusus:
- 1000 hari pertama sejak kelahiran
- Rentang usia 8-17 tahun
Program MBG bukan sekadar
mengatasi kelaparan, tetapi juga bertujuan untuk:
- Memotong rantai kemiskinan melalui perbaikan gizi
- Meningkatkan kualitas pendidikan dengan memastikan siswa tidak belajar dalam kondisi lapar
- Menciptakan generasi sehat dan cerdas sebagai fondasi Indonesia Emas 2045
"Kita mau hilangkan kelaparan. Tidak boleh ada orang Indonesia yang lapar, tidak boleh ada anak-anak yang menangis karena tidak makan. Tidak boleh"
tegas Presiden Prabowo dalam salah satu pernyataannya.
Implementasi Program
Program MBG resmi diluncurkan pada 6 Januari 2025 setelah melalui serangkaian uji coba. Program ini dikelola oleh Badan Gizi Nasional (BGN) dengan anggaran sebesar Rp71 triliun dalam APBN 2025.
Sasaran Penerima Manfaat
Program ini menyasar beberapa
kelompok penerima manfaat:
- Peserta didik dari jenjang PAUD hingga SMA/SMK sederajat
- Anak-anak balita
- Ibu hamil
- Ibu menyusui
Target awal pemerintah adalah
menjangkau 19,47 juta penerima manfaat, dengan rencana perluasan hingga 82,9
juta penerima pada implementasi penuh.
Mekanisme Pelaksanaan
Program MBG dilaksanakan melalui Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang berfungsi sebagai dapur penyediaan makanan bergizi. Tiap SPPG memiliki kapasitas optimal untuk melayani 3.000 porsi makanan per hari dengan jangkauan distribusi sekitar 5-6 km dari lokasi SPPG.
Perkembangan implementasi
program:
- Januari 2025: 190 SPPG di 26 provinsi, melayani 570.000 anak
- Akhir Januari 2025: 238 SPPG di 31 provinsi
- Target April 2025: 932 SPPG melayani 3 juta penerima
- Target akhir 2025: Seluruh anak Indonesia mendapat akses MBG
Presiden Prabowo menargetkan seluruh anak Indonesia akan mendapatkan akses program makan bergizi gratis pada akhir 2025, dengan pengembangan total 30.000 SPPG untuk mencapai implementasi penuh.
Distribusi di Daerah Terpencil
![]() |
TNI membantu distribusi makanan bergizi di Papua Sumber: https://mediakeuangan.kemenkeu.go.id |
Salah satu fokus utama program ini adalah menjangkau daerah-daerah terpencil dengan tingkat stunting tinggi, termasuk Papua. Kementerian Pertahanan, TNI, dan Kogabwilhan III berkomitmen membantu pemerintah dalam menjangkau wilayah-wilayah ini.
Di Papua Tengah, TNI Angkatan Udara menggunakan helikopter H225M Caracal untuk mendistribusikan paket MBG ke wilayah pegunungan yang sulit diakses melalui jalur darat, khususnya di Kabupaten Intan Jaya. Tercatat sudah ada 12.100 kg atau setara 6.050 porsi makanan bergizi yang disalurkan ke Pos Sugapa dan Pos Homeyo.
"Dengan kondisi geografis yang sulit dijangkau melalui jalur darat, kehadiran helikopter H225M Caracal memastikan bantuan dapat tersalurkan secara optimal kepada penerima manfaat"
kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama
Ardi Syahri.
Tantangan dan Respon Masyarakat
Meskipun program ini mendapat
dukungan luas, terdapat tantangan dalam implementasinya, terutama di wilayah
Papua. Sejumlah protes dan demonstrasi terjadi di berbagai kabupaten dan kota
di Papua, termasuk Jayapura, Wamena, Yahukimo, dan Deiyai.
Penolakan di Papua
Ribuan pelajar dari berbagai jenjang pendidikan di Papua melakukan aksi demonstrasi menolak program MBG. Beberapa alasan penolakan:
- Preferensi untuk pendidikan gratis daripada makanan gratis
- Kekhawatiran atas keterlibatan aparat keamanan dalam distribusi
- Ketegangan di daerah konflik yang mempengaruhi penerimaan program
"Kami menolak makan gratis. Kami memilih pemerintah mengutamakan pendidikan gratis. Orang tua kami mampu memberikan makan sehari 3 kali"
ungkap salah satu pesan dalam aksi demonstrasi di Paniai.
Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik (YPPK) Bilogai Dekenat Keuskupan Timika di Kabupaten Intan Jaya juga menyatakan penolakan terhadap MBG, dengan usulan agar pembagian MBG dilakukan oleh pihak sekolah atau yayasan.
Tanggapan Pemerintah
Menanggapi penolakan ini, pemerintah tetap menghormati pilihan masyarakat yang tidak ingin berpartisipasi dalam program. Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, mengatakan:
"Kalau yang berhak tidak ingin menerima. Kami hormati."
Sementara itu, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menegaskan pentingnya program MBG meski ada penolakan:
"Sekali lagi, makan bergizi gratis penting. Pendidikan gratis penting. Kesehatan, pengecekan kesehatan gratis penting. Semuanya penting."
Gibran juga menyatakan bahwa pemerintah akan menampung dan menindaklanjuti semua masukan serta evaluasi dari masyarakat.
Dampak Ekonomi dan Sosial
Program MBG tidak hanya berfokus pada perbaikan gizi, tetapi juga dirancang untuk memberikan dampak ekonomi yang signifikan:
- Peningkatan ekonomi lokal : Sekitar 85% dana yang masuk ke SPPG digunakan untuk membeli bahan baku, dengan 95% di antaranya merupakan produk pertanian lokal.
- Pemberdayaan masyarakat : Program ini melibatkan petani, peternak, dan nelayan lokal sebagai pemasok, serta menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar.
- Penciptaan lapangan kerja : Pemerintah mengklaim program ini dapat membuka hingga 3 juta lapangan kerja baru.
- Peningkatan ekonomi desa : Presiden Prabowo menyebutkan bahwa program MBG berpotensi meningkatkan peredaran uang di desa hingga Rp8 miliar per desa per tahun.
"Kita ingin program ini tidak hanya sebagai investasi SDM jangka panjang, di mana gizi menjadi bagian penting untuk pertumbuhan anak. Tapi juga membangkitkan ekonomi daerah,"
jelas Dadan Hindayana.
Kesimpulan
Program Makan Bergizi Gratis merupakan inisiatif ambisius pemerintahan Prabowo untuk mengatasi permasalahan stunting dan gizi buruk di Indonesia. Dengan anggaran besar dan target penerima manfaat yang luas, program ini berpotensi memberikan dampak signifikan terhadap perbaikan kualitas SDM Indonesia.
Meskipun menghadapi tantangan seperti penolakan di beberapa wilayah Papua, pemerintah tetap berkomitmen meneruskan program ini sambil terus melakukan penyempurnaan berdasarkan masukan dari masyarakat. Keberhasilan program MBG dapat menjadi langkah penting menuju terwujudnya Indonesia Emas 2045 melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Sebagai program nasional yang
menjangkau seluruh Indonesia, termasuk daerah terpencil, MBG juga menjadi
perwujudan komitmen pemerintah untuk memastikan bahwa "setiap anak
Indonesia berhak atas kehidupan yang lebih sehat dan masa depan yang penuh
harapan."