Asesmen Kompetensi Berbasis Multiliterasi
Di era globalisasi dan kemajuan teknologi, multiliterasi adalah keterampilan penting, terutama dengan meningkatnya akses mudah ke berbagai jenis informasi melalui era digital [1][2]. Konsep literasi pada abad ke-21 telah berkembang, menuntut pemahaman yang lebih luas terhadap komunikasi multimodal, meliputi literasi visual, digital, dan budaya, yang menjadi kunci dalam asesmen kompetensi [2].
Di Indonesia, penggunaan telepon genggam yang tinggi, sekitar 2-3 unit per orang, dan status sebagai salah satu dari enam negara teratas dalam hal pengguna internet, menekankan pentingnya multiliterasi dalam pendidikan, khususnya di sekolah dasar untuk mempersiapkan siswa dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial secara efektif di masyarakat yang semakin digital [2].
Definisi dan Komponen Multiliterasi
Multiliterasi mencakup berbagai cara berkomunikasi dan menciptakan makna melalui mode visual, audio, spasial, gestural, dan lainnya [3]. Ini melibatkan pemahaman dan penciptaan makna melalui berbagai mode, seperti teks, gambar, suara, dan gerakan [2]. Berikut adalah komponen utama multiliterasi:
- Komunikasi Visual dan Digital: Kemampuan untuk memahami dan menghasilkan informasi melalui media visual dan digital [1].
- Keterampilan Gestural dan Spasial: Menginterpretasikan dan menggunakan bahasa tubuh serta memahami dan menggunakan ruang fisik dalam komunikasi [3].
- Kompetensi Linguistik dan Budaya: Memahami dan menerapkan berbagai bentuk bahasa serta memahami konteks budaya dari komunikasi [1].
Grup New London pada tahun 1996 mendefinisikan multiliterasi sebagai pandangan kontemporer terhadap literasi yang mencakup berbagai bentuk komunikasi dalam keragaman linguistik dan budaya [1]. Pendidikan multiliterasi bertujuan untuk mengoptimalkan keterampilan multiliterasi dalam menciptakan situasi belajar yang lebih baik, berfokus pada pengembangan pemikiran kritis, pemahaman konseptual, keterampilan kolaboratif dan komunikatif, serta pemikiran kreatif [5]. Ini penting untuk pengembangan keterampilan abad ke-21, termasuk pemahaman tingkat tinggi, berpikir kritis, kolaborasi, dan kreativitas [4].
Pengimplementasian Multiliterasi dalam Pembelajaran
Dalam pengimplementasian multiliterasi dalam pembelajaran, terdapat beberapa langkah dan model yang dapat diadopsi untuk memaksimalkan potensi siswa dalam mengembangkan kemampuan multiliterasi mereka:
- Integrasi Multiliterasi dalam Proses Pembelajaran:
- Edukasi multiliterasi harus diintegrasikan ke dalam proses pengajaran untuk meningkatkan pembelajaran, pembentukan karakter, dan efektivitas [6].
- Penerapan pembelajaran multiliterasi sosial harus dilakukan secara terstruktur, mulai dari perencanaan, implementasi, observasi, evaluasi, hingga tindak lanjut [6].
- Model Pembelajaran Berbasis Fenomena:
- Model pembelajaran berbasis fenomena disarankan untuk membantu keberhasilan pembelajaran berbasis multiliterasi di sekolah dasar, terutama mengingat belum optimalnya implementasi pembelajaran multiliterasi di Bali karena fasilitas dan infrastruktur yang tidak memadai serta persepsi bahwa pembelajaran berbasis multiliterasi merupakan hal baru di kalangan guru [8].
- Pembelajaran Terlibat (Engaged Learning):
- Pembelajaran terlibat dapat diimplementasikan melalui empat tahapan: preparasi, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi, dengan konsultasi intensif bersama guru [9].
- Implementasi pembelajaran berbasis multiliterasi menggunakan model pembelajaran terlibat telah menunjukkan peningkatan sebesar 14% dari pretest ke posttest [9].
- Multiliterasi dapat diimplementasikan dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar dan stimulasi literasi kritis [9].
Melalui pendekatan-pendekatan ini, pembelajaran multiliterasi tidak hanya mengembangkan kemampuan multikompetensi siswa, termasuk pengetahuan, keterampilan, dan sikap [7], tetapi juga membantu siswa mengoptimalkan keterampilan bahasa mereka, yang pada gilirannya mengarah pada pengembangan kemampuan berpikir kritis, konseptual, kolaboratif, dan komunikatif [12].
Manfaat Multiliterasi bagi Siswa
Pendidikan multiliterasi membawa berbagai manfaat penting bagi siswa, yang mencakup:
- Pengelolaan Informasi Efektif:
- Memungkinkan siswa untuk mengelola informasi secara efektif dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari [1].
- Pembangunan Karakter dan Pengembangan Nasional:
- Terkait erat dengan pembangunan karakter siswa dan pengembangan nasional [1].
- Komunikasi Efektif:
- Meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi secara efektif dalam berbagai konteks [3].
- Pemikiran Kritis dan Adaptabilitas:
- Mendukung pemikiran kritis, adaptabilitas, dan pemahaman budaya [3].
- Persiapan untuk Lanskap Teknologi yang Berubah Cepat:
- Mempersiapkan siswa untuk menghadapi lanskap teknologi yang terus berubah [3].
- Analisis dan Evaluasi Informasi:
- Meningkatkan kemampuan siswa untuk menganalisis dan mengevaluasi informasi dari berbagai sumber [3].
- Empati dan Penghargaan terhadap Budaya Lain:
- Mendorong empati dan penghargaan terhadap berbagai budaya [3].
- Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis:
- Meningkatkan keterampilan berpikir kritis, mempromosikan sikap sosial yang positif, dan mendorong rasa komunitas serta tanggung jawab sosial [6].
Studi Kasus dan Contoh Nyata
- Studi Kasus di Bali: Penelitian yang melibatkan 1,108 siswa dan guru di Bali menemukan bahwa pembelajaran berbasis multiliterasi belum optimal diterapkan di sekolah dasar akibat kurangnya infrastruktur dan sumber daya serta persepsi bahwa ini adalah pendekatan baru di kalangan administrator sekolah [13]. Solusi yang disarankan adalah penerapan model pembelajaran berbasis fenomena untuk meningkatkan implementasi pembelajaran berbasis multiliterasi di sekolah dasar [13].
- Madrasah Aliyah Ma’arif NU Doplang: Sekolah ini telah menerapkan kurikulum yang mengintegrasikan pendidikan agama dengan multiliterasi, menggunakan literasi digital, numerik, dan budaya [14]. Kurikulum dirancang untuk membantu siswa memahami dan menerapkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari serta mempromosikan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah [14]. Metode yang digunakan termasuk kegiatan belajar mengajar, ekstrakurikuler, dan pengembangan diri, dengan dukungan teknologi seperti whatsapp kelas, google classroom, dan office365 [14]. Implementasi pembelajaran agama Islam multiliterasi berhasil membantu siswa memahami dan menerapkan ajaran agama serta mempromosikan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah [14].
- Sekolah Dasar Negeri Rejosari dan Universitas Negeri Yogyakarta: Sekolah Dasar Negeri Rejosari di Kabupaten Mojokerto telah menerapkan model multiliterasi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan alokasi waktu belajar 3 jam, berbagai teknik pengajaran, dan aktivitas berfokus pada literasi [15]. Hal ini menambah wawasan baru, membuat pembelajaran lebih menyenangkan, meningkatkan interaksi siswa, dan meningkatkan prestasi akademik [15]. Sementara itu, kursus Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Negeri Yogyakarta telah menerapkan model multiliterasi, dengan kompetensi yang dikembangkan di area linguistik, gestural, spasial, visual, audiovisual, dan psikomotor [16]. Model ini berhasil mengembangkan pemikiran kritis dan pemahaman komprehensif [16].
FAQs
Apa Pengertian dari Pembelajaran Multiliterasi?
Pembelajaran multiliterasi adalah proses belajar yang dirancang untuk menjadi tantangan bagi siswa agar mereka dapat menelaah dan menggunakan berbagai bentuk literasi dalam praktik. Proses ini berfungsi sebagai penghubung antara siswa dan berbagai konsep yang ada di lintas kurikulum.
Keterampilan Apa Saja yang Dibutuhkan dalam Pembelajaran Multiliterasi?
Untuk melaksanakan pembelajaran multiliterasi dengan efektif, siswa perlu menguasai empat keterampilan utama: membaca, menulis, berkomunikasi secara lisan, dan menggunakan teknologi informasi. Selain itu, pembelajaran ini juga terkait erat dengan sepuluh kompetensi khusus yang dianggap penting untuk abad ke-21.
Bagaimana Multiliterasi Saintifik Didefinisikan?
Multiliterasi saintifik adalah suatu metode pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk merumuskan masalah dengan cara yang matang dan melakukan penelitian mendalam terhadap masalah tersebut.
Mengapa Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Perlu Memahami Pembelajaran Multiliterasi?
Pembelajaran multiliterasi sangat penting bagi mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) karena dengan memahami konsep ini, mahasiswa akan memiliki keterampilan yang diperlukan untuk mengimplementasikan kurikulum 2013 dengan baik saat mengajar di kelas.